Selasa, 03 Desember 2013

My Romance 2


Waktu yang Dinanti

Aku tidak tau dari mana harus memulai cerita ini, karena sampai sekarang aku juga masih belum menemukan akhir dari cerita ini. Aku masih belum tau, apakah akhir cerita ini akan sama dengan cerita sebelumnya yang harus berakhir dengan sad ending story dan kembali move on atau sperti cerita-cerita dalam sinetron atau drama korea yang sering ku lihat. Happy end. Forever.
Cerita ini dimulai kurang lebih tiga tahun yang lalu, saat aku masih menjadi mahasiswa baru, masih imut-imutnya neh. Aku adalah tipe orang yang mudah menyayangi orang lain, hal ini baik kalau itu kepada sesama wanita tapi lain ceritanya kalau hal ini terjadi pada lawan jenis. Makanya aku menyiasatinya dengan menjaga pandanganku, aku tidak mau memperhatikan lawan jenisku, selain itu juga merupakan perintah agama. Karenanya, aku tidak terlalu mengenal orang-orang yang ada di sekitarku. Kecuali ia orang yang aktif dan sering mengajakku berbicara. Aku juga hanya tau sedikit dari teman-teman laki-laki
yang se-fakultas denganku, jangankan yang beda jurusan. Yang sekelas-pun ada yang setelah hampir 2 tahun sekelas aku baru hafal namanya.
Tapi kemudian aku melakukan sedikit kesalahan yang imbasnya ku rasakan sampai sekarang, di semester ke dua ku di bangku perkuliahan tanpa sengaja aku memperhatikan seseorang. Dari ketidak-sengajaan itu ada sedikit rasa kekaguman yang terselip dihatiku padanya yang lama-lama rasa kagum itu berubah menjadi rasa suka dan menumbuhkan rasa sayang dan aku tidak tau apakah rasa itu sekarang sudah naik tingkatan menjadi cinta atau apalah namanya, karena sampai sekarang aku masih belum mengerti dengan ungkapan cinta pada lawan jenis ini.
Rasa kagumku lahir bukan dari paras atau penampilannya, tapi sikap “dingin”nya diluar tapi ternyata “hangat” kepribadiannya. Kadang aku malah merasa tidak sepadan dengannya, karena dia seorang yang shaleh, sementara aku, yah, seperti inilah. Aku memang bukan orang yang buruk tapi juga tidak masuk kriteria shalehah.
Banyak hal yang terjadi selama 3 tahun ini, dulu, setahun setelah aku mulai menyukainya aku berhasil “menghilangkan” perasaan suka-ku padanya. Tapi hanya kerana hal kecil, rasa itu kembali lagi sampai sekarang.
Sampai sekarang aku belum tau pasti, apa yang membuatku begitu menyukainya selain karna agamanya yang baik, tapi aku yakin ada alasan lainnya. Selama ini, orang-orang yang tau tentang kisah hatiku ini merasa heran. Kenapa aku bisa terus menyukai orang yang bahkan tidak pernah tau aku menyukainya selama 3 tahun ini, kenapa aku terus bertahan dan menolak hati lain yang berdatangan untuk menarik hatiku. Bahkan kemungkinan terburuk adalah orang yang ku sukai ini sama sekali tidak menyukai dan merasa terganggu dengan kehadiranku dan bahkan perasaanku jika ia tau. Dan mungkin sudah ada seorang akhwat yang menarik perhatiannya dan membuatnya berniat ntuk mengkhitbah akhwat itu, wallahua’lam.
Tapi entah kenapa, didalam lubuk hatiku yang terdalam (hm, lebay ya? Maklum, cinta ga kenal logika katanya, hehehe, maklumin ya?) ada sedikit harapan bahwa ia juga menyukaiku walaupun sebenarnya ia tidak pernah memberiku harapan itu, bahkan kadang sikapnya kebalikan dari yang ku harapkan. Makanya, menurutku bukan hal berlebihan kalau aku baru akan bisa menerima hati yang lain setelah melihatnya menikah dengan akhwat yang lain, akhwat pilihannya, akhwat yang pantas untuknya, saat itu terjadi, bagiku saat itulah akhir dari sedikit harapanku yang selama ini menguatkanku. Karena dengan begitu, tidak akan ada penyesalan di hatiku kedepannya.

Ada beberapa teman yang menyarankan kepadaku untuk terlebih dahulu menawarkan diri padanya, mencontoh sikap istri tercinta Rasulullah saw, Sayyidati Khadijah ra. Hal ini bukanlah hal memalukan bagiku dan memang sedang menjadi pertimbanganku tapi ternyata untuk masa sekarang dalam pertimbanganku hal itu sulit untuk ku lakukan karena keinginan orang tua ku yang mengharuskan aku untuk menyelesaikan studiku dan mencari pekerjaan terlebih dahulu, setelahnya barulah aku boleh memikirkan untuk menikah. Karenanya, untuk mengajukan diri aku harus terlebih dahulu meminta ijin pada orang tua, bagiku itu mutlak dan belum bisa ku lakukan kalau belum memenuhi syarat.
Beda hal-nya dengan jika khitbahan itu berasal darinya, aku bisa menerima dan menjalankannya, bahkan ku pikir lebih mudah untuk meyakinkan orang tua jika berdua dengannya.
Bahkan mungkin akan ada kemungkinan terburuk, aku akan di jodohkan. Aku bukan orang yang menolak perjodohan karena aku yakin orang tua pasti memilihkan yang terbaik untuk anaknya, tapi lain urusannya ketika aku sudah menyukai seseorang.
Kira-kira 1 ½ tahun yang lalu orang tua memberikan sebuah ultimatum kepadaku, beliau berkata “kalau ada orang yang kamu sukai, bawa dia pada kami. Tapi kalau tidak kamu harus siap menerima perjodohan...” aku tidak berpikir bahwa itu adalah sebuah candaan, tapi aku juga belum tau bagaimana caranya menuruti keinginan mereka itu, karena mungkin saja sampai sekarang orang yang ku sukai belum tau kalau aku menyukainya, bahkan kalaupun ia tau besar kemungkinan ia akan megabaikanku. Makanya aku terus menghindari perbincangan masalah pernikahan dengan orang tua ku dan memilih menunggu sambil berdoa. Biarkan Allah yang menentukan jalannya dan waktu yang mengungkapkan segalanya....


With loves n wishes,..
Mila Azkiya



Tidak ada komentar:

Posting Komentar