KISAH
SEEKOR KUCING
Sebelum
cerita ini dimulai, cerita ini hanya fiktif walaupun terselip pengalaman
sedikit apabila terdapat kesamaan tokoh, kejadian dan karakter harap dimaklumi,
namanya juga cerita...
Namaku
Mila, begitu biasanya teman-teman menyapaku. Aku akan bercerita tentang seekor
kucing yang ku temui beberapa tahun yang lalu (supaya kesannya lama).
Namanya
Manis (sebenernya sih ni kucing ga manis-manis banget, Cuma bingung aja
manggilnya apa dan si kucing juga ga keberatan dipanggil dengan nama ini).
Beberapa hari setelah aku dan teman-temanku pindah ke rumah yang baru (karna
rumah yang lama uang sewanya dinaikin sama empunya), ada seekor kucing betina
hamil yang datang berkunjung. Karena dianggap tamu, maka aku dan teman-teman
yang lainnya mengijinkannya masuk, dengan syarat dilarang membuat kegaduhan.
Karena tamu kami ini terlihat kelaparan, maka mau tidak mau tuan rumah
menyediakan jamuan ala kadarnya dan Manis-pun melahapnya dengan cepat.
Dengan
berjalannya waktu, Manis-pun dianggap menjadi anggota (tidak resmi) dari
keluarga besar penghuni rumah kami karena intensitas kunjungannya yang sangat
tinggi.
Aku bukan orang yang suka kucing,
tapi juga tidak membencinya sehingga aku tidak merasa terganggu dengan kunjungannya setiap hari. Tapi memang ada beberapa teman serumah yang kurang begitu suka kucing, sehingga mereka biasanya selalu menolak kunjungan Manis kerumah. Tapi yang membuatku salut dengan kucing yang satu ini adalah setiap kali dia ditolak dan diusir oleh sebagian teman yang lain, dia tetap sabar menanti didepan pintu rumah sampai ada yang membukakan pintu untuknya dan menyuguhkan sedikit hidangan untuk menghilangkan rasa lapar dan memberi sedikit asupan makanan untuk anak-anak yang ada didalam perutnya.
tapi juga tidak membencinya sehingga aku tidak merasa terganggu dengan kunjungannya setiap hari. Tapi memang ada beberapa teman serumah yang kurang begitu suka kucing, sehingga mereka biasanya selalu menolak kunjungan Manis kerumah. Tapi yang membuatku salut dengan kucing yang satu ini adalah setiap kali dia ditolak dan diusir oleh sebagian teman yang lain, dia tetap sabar menanti didepan pintu rumah sampai ada yang membukakan pintu untuknya dan menyuguhkan sedikit hidangan untuk menghilangkan rasa lapar dan memberi sedikit asupan makanan untuk anak-anak yang ada didalam perutnya.
Oh ya, soal perutnya yang buncit, ada sebagian teman-teman yang
menganggapnya tidak sedang mengandung, mereka bilang itu tumor karena perutnya
sangat besar dan dia marah kalo perutnya mau disentuh. Tapi aku yakin kalau dia
memang sedang mengandung, karena wajar saja kalau kucing yang sedang mengandung
itu sensitif dan marah kalau perutnya disentuh apalagi dengan kaki (bukan
ditendang lho, disentuh dengan kaki beneran karena teman-teman yang lain
menganggap Manis kotor jadi mereka tidak bisa menyentuhnya dengan tangan).
Karena anggapan itulah, Manis punya dua panggilan. Sebagian penghuni rumah
(termasuk aku) lebih suka memanggilnya Manis karena terkesan lebih sopan dan
sebagian yang lainnya lebih memilih memanggilnya dengan sebutan Tumor karena
mereka yakin yang ada diperut Manis bukan bayi, tapi Tumor ganas.
Singkat
cerita, sudah dua bulan Manis menjadi tamu tetap yang berkunjung setiap hari
dan kedatangannya itu selalu kucing-kucingan dengan teman-temanku yang tidak
menyukai kucing.
Hari
senin sekitar pukul sepuluh pagi, Manis kembali berkunjung kerumah kami dan
seperti biasa senin pagi seperti ini teman-teman yang biasa menerima
kunjungannya dan menjamunya dengan sedikit makanan pergi kekampus dan yang ada
dirumah hanya aku dan beberapa teman yang lain yang tidak menyukai kucing
(seperti yang kukatakan sebelumnya aku bukan orang yang suka ataupun tidak suka
dengan kucing makanya aku tidak terlalu perduli dengannya).
Manis menunggu
dengan sabar didepan pintu sampai ada yang mau membukakan pintu untuknya, hari
itu aku bertugas menyapu ruang tamu dan untuk membuang sampah aku harus membuka
pintu dimana Manis menunggu.
Ketika aku membuka pintu, Manis dengan gesit
melompat kedalam rumah dan berlari kearah dapur. Bisa dipastikan teman-teman
yang ada didapur berteriak dan berusaha mengusirnya, tapi Manis dengan gigih
terus bertahan didalam rumah, aku hanya memperhatikan dari jauh.
Aku ingin
membela Manis, tapi nanti pasti akan ada pergesekan dengan teman-teman dan aku
sangat malas berurusan dengan hal seperti itu.
Sesaat kemudian aku tertegun,
teman-teman yang lain menjrit histeris, aku tidak bisa bergerak ataupun hanya
sekedar berteriak karena aku sangat trauma dengan hal ini. Ada seekor ular, aku
tidak tau apa jenis ular itu yang pasti sangat besar dan panjang dengan warna
hitam pekat dan kepala yang seperti sendok, bukan, seperti sekop, bukan; bukan,
seperti telapak tangan. Yah seperti itulah, yang aku tau itu ular.
Teman-teman
menggunakan sapu yang tadinya dipakai untuk mengejar Manis untuk menghalau ular
itu, tapi ular itu bukannya menjauh malah berdesis dan mendekat kearah
teman-temanku, ingin rasanya aku menolong mereka walaupun hanya dengan berlari
keluar dan berteriak minta tolong, tapi aku tidak bisa, tubuhku kaku tidak bisa
bergerak dan suaraku tercekat.
Aku hanya bisa diam mematung. Tanpa disangka,
Manis, dengan tubuh kecil dan perut yang besar melompat keraha ular itu dan
bergulat dengannya. Pertarungan mereka semakin menegangkan karena persaingan
yang tidak imbang antara ular yang besar dan kucing kecil (tubuhnya agak kecil
dari kucing dewasa lainnya) yang sedang mengandung.
Aku merasa khawatir,
rasanya ini pertama kalinya aku merasa khawatir pada seekor kucing sebelumnya
aku selalu cuek, mungkin karena ini ada hubungannya dengan keselamantan kami.
Setelah
pertarungan yang sangat menegangkan, tanpa kusangka ular itu kalah dan terkulai
lemah dengan luka memar, bukan, luka cakaran dan gigitan disekujur tubuhnya.
Manis selamat, meskipun terlihat sedikit pincang karena ada bekas tancapan dua
taring di tangannya (atau kaki? Bentuk tangan dan kaki kucing memang sama, ini
membingungkan).
Aku khawatir sekaligus lega, tanpa ku sangka, teman-teman yang
tadinya berniat mengusirnya berjalan menghampirinya dan secara bergantian
memeluknya (sepertinya mereka lupa kalau mereka tidak suka kucing), mereka kemudian
menyuguhkan sedikit hidangan untuk menambah tenaga manis yang terkuras karena
pertarungan tadi.
“Syukurlah” ucapku dalam hati. Karena khawatir, aku menelpon
ayah untuk menanyakan obat untuk gigitan ular pada kucing. Ayah bilang, dia
akan baik-baik saja dan akan sembuh sendiri karena kucing memiliki pertahanan
khusus dari bisa ular, kecuali satu jenis ular yang meneyemburkan bisanya, ah,
lagi-lagi aku lupa nama ular itu.
Karena
kejadian ini, teman-teman yang tadinya tidak menyukai Manis mulai menerimanya sebagai
anggota(tidak resmi) dirumah kami, aku juga telah membaca beberapa artikel
tentang kucing yang semuanya bernilai positif bahkan istimewa, seperti kadar
kuman dalam tubuh kucing yang jumlahnya setengah dari jumlah kuman ditubuh
manusia, dengkurannya yang bias membuat manusia rileks dan hal-hal istimewa
lainnya.
Sekarang
Manis sudah melahirkan empat anak belang tiga yang semuanya jantan, semua
penghuni rumah menyukainya dan menyayangi mereka (Manis dan anak-anaknya).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar